Mengapa Rasulullah SAW Begitu Dicintai..?

Cinta para sahabat kepada Rasulullah SAW bukanlah cinta yang dipaksakan. Melainkan cinta tulus yang keluar dari lubuk hati mereka terdalam.
Kecintaan itu lahir, selain karena Allah SWT menamakannya dihati orang-orang yang dikehendaki-Nya, juga karena sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah SAW.Beliau memiliki sifat santun, sabar, lapang dada dan pemaaf disaat beliau mampu untuk membalas, murah hati, dan penyayang. Seperti yang ditunjukan beliau saat beliau bersama orang yang memusuhinya, Ghauras bin Harits.
Suatu ketika, saat Rasulullah SAW sedang tertidur dibawah pohon, Gauras sengaja menyerang beliau. Ketika beliau terbangun, Ghauras telah berdiri dengan pedang yang dihunuskan kearah leher beliau seraya berkata,” Hai Muhammad siapa yang dapat mencegahmu dari aku?”

Beliau menjawab dengan tenang penuh iman, dan lisan yang jujur,”Allah”.
Seketika itu Ghauras menggigil dan jatuhlah pedangnya.
Lalu, Rasulullah SAW bertanya,”Sekarang, siapa yang dapat mencegahmu dari Aku?”
“Jadilah engkau sebaik-baiknya orang yang membalas,”jawab Ghauras pasrah.
Namun Rasulullah SAW tidak membalasnya, malah memaafkannya.
Hati siapa yang tak luluh mendapat perlakuan yang begitu tulus dari orang yang justru disakitinya.Begitu pula dengan Ghauras.Sejak itu ia menjadi seorang sahabat Rasulullah SAW dan aktif berdakwah.
Sifat pemaaf adalah salah satu yang menghimpun hati manusia untuk mencintai Rasulullah SAW dan melembutkan jiwa mereka, serta membuat mereka mencintai beliau sampai ditingkat mana mereka siap untuk mengorbankan jiwanya.tidak ada yang keluar dari kesepakatan ini kecuali orang yang kepalanya ditunggangisetan sehinga ia berbuat sewenang-wenang, menyimpang dari kebenaran, bertindak takabur, dan lebih memilih kesesatan ketimbang petunjuk.
Hindun bin Abu Halah, anak tiri Rasulullah SAW, berkata ketika menggambarkan beliau,”Sesungguhnya diantara sifat pertama Muhammad bin Abdullah SAW adlah selalu menyimpan lisannya sehingga beliau tidak menggunakannya kecuali untuk kebaikan yang diharapkan olehnya. Dan beliau tidak pernah menganjurkan kepada hal yang tidak baik. Bahkan beliau tidaklah bertutur kata kecuali ber faedah untuk pendengarannya. Hsl itu yang melembutkan hati mereka, mendekatkan jiwa, dan tidak membuat mereka merasa asing denganya.
Beliau mengajurkan untuk memberikan hak kepada orang yang memilikinya. Beliau tidak pernah berdebat, tidak mencaci seseorang, tidak banyak berbicara karena khawatir slah ucap, tidak mau mencela kehormatan, dan tidak suka memotong pembicaraan hingga orang itu puas dalam berbicara.
Apabila beliau berbicara, pembicaraannya menjadi pemutus, dan ucapannya menjadi ketetapan.”
Bagaimana Mencintai Rasulullah SAW
Setiap muslim atau muslimah mengetahui bahwa mencintai Allah SWT dan mencintai Rasulullah SAW adlah pokok keimanan. Tetapi bagaimana mencintainya? Dari mana mulanya? Apa ukuran-ukuran cinta kepada Allah dan Rasul-Nya?
Al-Qur’an Al-Karim telah mengajarkan kepada kita dengan jelasbahwa mencintai Allah terkait dan terarah dengan mengikuti Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman,”Katakanlah (Muhammad): Jika engkau mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mencintaimu.”(QS. Ali Imran:31).
Mencintai Rasulullah SAW terkait dengan petunjuknya dan mengikutinya dengan benar, tidak dikurangi atau dilebihkan, apalagi dicampuri dengan bid’ah-bid’ah yang sesat. Petunjuk yang mmbuat iman menjadi sempurna, yang membuat jiwa senantiasa measakan kecintaan, kerinduan, dan kedekatan dengan Rasulullah SAW sehingga beliau lebih dicintai ketimbang dirinya sendiri.
Ukuran cinta yang sebernarnya kepada Nabi SAW adalah sejauh mana kedekatan seseorang dengan ajaran-ajarannya, kepeduliannya terhadap ajaran-ajarannya itu, serta perhatiannya akan sunahnya dan sunah Khulafa’ur Rasyidin. Rasulullah SAW bersabda,”Kalian wajib berpegang pada sunahku dan sunah Al-Khalafa’ur Rasyidin sesudahku. “(HR At tarmudzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Jadi, Rasulullah SAW telah meninggalkan keopada kita ajaran yang terang benderang. Karena itu, menjadi kewajiban kita untuk memegang erat-erat ajaran agama ini. Memiuliki kepedulian terhadap Al-Qur’andengan membacanya, menuangkannya, dan memahami masalah agama yang terdapat didalamnya, mempertautkan diri dengan Sirah Nabi yang mulia dan menimba dari sumber yang segar.
Menjadi keharusan atas diri kita untuk memahami wajibnys mencintsi Allah dan Rasul-Nya. Dan hal itu dimulai dengan mengikuti sunnah- sunnah beliau, yang merupakan jalan kebahagiaan. Jadi, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mesti menjadi kesibukan utama kita dan puncak cita-cita kita, sehimgga kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan kita tergolong umst Islam, telah memuliakan kita dengan pemimpin para Rasul dan membuat kita cinta kepada penutup para Nabi, keluarganya yang mulia dan suci, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebajikan sampai hari kiamat. Kita memohon kepada-Nya agar Dia mengumpulkan kita bersama mereka semua.




Komentar

Postingan Populer